Plasma
pijar korona merupakan sebuah plasma non-thermal (non-tehremal equilibrium) yang terkarakterisasikan dengan
temperatur gas rendah dan temperatur elektron tinggi. Lucutan korona dimulai
ketika medan listrik disekitar elektroda dengan bentuk geometri sangat lengkung
(elektroda aktif) memiliki kemampuan untuk mengionisasi spesies gas (Wardaya,
Nur, 2010).
Korona adalah terlepasnya muatan listrik dari
permukaan konduktor yang merupakan salah satu gejala tembus parsial karena
adanya kuat medan listrik yang sangat tinggi di permukaan elektroda sehingga
terjadi tembus di sekitar daerah elektroda tersebut. Korona diawali dengan
adanya ionisasi dalam udara yaitu adanya kehilangan elektron dari molekul udara
(Arismunandar, 1994). Jika tegangan tinggi dikenakan pada sepasang elektroda
yang salah satunya berbentuk kawat, jarum atau bentuk lain dengan radius kecil,
medan listrik di sekitar permukaannya akan menjadi tinggi. Elektron bebas di
sekitar medan tinggi ini akan dipercepat sampai kecepatan yang mencukupi untuk membebaskan elektron dari kulit terluar
sebuah molekul gas melalui tumbukan yang menghasilkan sebuah ion positif dan
elektron bebas lainnya (Dachlan dkk,
2008). Elektron bebas tambahan ini mengalami proses yang sama untuk menyebabkan
ionisasi tumbukan berikutnya. Proses ini dinamakan avalance, yang
terjadi berulang kali sehingga timbul elektron dan ion positif dalam jumlah
besar di sekitar daerah korona. Korona dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu
tekanan udara, bahan elektroda, adanya uap air di udara, photoionisasi dan tipe
tegangan tinggi yang diterap. Sedangkan karakteristik korona tergantung pada
tegangan, bentuk permukaan elektroda, dan kondisi permukaan
(Hermagasantos,1994).
Suatu korona akan bersifat positif atau negatif
bergantung kepada pemberian polaritas tegangan elektroda aktif. Korona positif
terjadi ketika elektroda aktif (elektroda dimana proses ionisasi terjadi)
dihubungkan dengan terminal positif sumber tegangan. Sedangkan korona negatif
terjadi ketika elektroda aktif dihubungkan dengan terminal negatif sumber
tegangan. Pada gambar 2.2 ditunjukkkan daerah dalam lucutan pijar korona antara
dua elektroda dengan konfigurasi geometri hyperboloid-bidang yang merupakan
pendekatan terhadap geometri multi titik-bidang. Pada gambar 2.2 tersebut
terdapat arus yang keluar dari geometri lengkung titik bidang yang dinamakan
arus saturasi unipolar korona yang dihasilkan dari ion-ion yang mengalir
melalui daerah aliran muatan (drift
region) (Wardaya, Nur, 2010).
Gambar 2.2
ilustrasi daerah antara dua elektroda pada lucutan korona titik bidang dengan
polaritas positif pada elektroda titik.
Pada konfigurasi elektroda geometri hyperboloid-plane (pendekatan untuk
konfigurasi multi titik-bidang), arus saturasi unipolar korona diberikan
oleh persamaan:
Di mana Isadalah
arus saturasi unipolar korona, V adalah tegangan korona, µadalah mobilitas ion unipolar, ε0adalahpermitivitas
ruang hampa, dan d adalahjarak antar elektroda.
Refrensi:
Arismunandar,
A.. 1994. Teknik Tegangan Tinggi. PT Pradnya Paramita: Jakarta.
Dachlan,
Harry Soekotjo, Moch. Dhofir dan Vico Fernanda. Pengaruh Sudut Keruncingan dan Diameter Finial Franklin Terhadap
Distribusi Medan Listrik dan Tingkat Tegangan Tembus. Jurnal EECCIS Vol.
II, No. 1, Juni 2008.
Hermagasantos. 1994. Teknik
Tegangan Tinggi, Teori dan Pegangan untuk Laboratorium. Jakarta: PT.
RosdaJayaputra.
Wardaya, Asep Y. dan Nur
M. Analisis Medan Listrik Pada Plasma Korona Dengan
Konfigurasi Cincin Bidang. Berkala Fisika Vol.
13, No. 4, Oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar